Jumat, 28 Desember 2012

Anak-anak VS Perjamuan Kudus

ANAK-ANAK VS PERJAMUAN


Perjamuan kudus adalah salah satu sakramen yang selalu dialakukan oleh umat Kristen, dengan demikian perjamuan kudus memiliki makna keselamatan yang sangat penting bagi umat manusia. Perjamuan kudus diibaratkan seperti meterai yang mengesahkan hubungan atau relasi manusia dengan Tuhan, bahwa didalam perjamuan kudus bertemunya kasih Allah dengan manusia yakni Allah memberkati manusia jika benar-benar dengan iman yang tulus melakukan ritual tersebut. Berkat itu hadir dan disimbolisasikan dengan roti dan anggur. Bahwa roti dan anggur diibartakan seperti tubuh dan darah Kristus yang dicurahkan. Karenanya perjamuan kudus selalu dilakukan oleh umat kristiani sebagai tanda memperingati pengorbanan kristus bagi manusia dan menjadi makna terpenting bagi umat Kristen.

Didalam sejarah Kekristenan  selalu saja yang ambil bagian dan terlibat didalam perjamuan kudus, dan didalam sejarah itu pula hanyalah bagi orang dewasa yang ikut perjamuan kudus tersebut. Dapat kita ambil contoh konkrit didalam konteks kita di Gereja Protestan Maluku hanyalah orang dewasa yang wajib hadir anak-anak dilarang masuk dan mengambil bagian. Kata orang tatua (pangilan orang tua di Maluku) “Gareja basar hanya for orang tatua, anak kacil seng bole iko”. Dalam setahun perjamuan kudus selalu dilakukan 3-4 kali disetiap gereja-gereja, tidak terlepas juga dapat dilakukan dirumah. Dilakukan di rumah hanya bagi jemaat yang tak dapat mengambil bahagian di gereja, dikarenakan sakit, lanjut usia dan lain-lain.
Pertanyaan yang perlu dijawab bagi kita apa yang menyebabkan sehingga anak kecil tak diberi ijin untuk melakukan perjamuan kudus bersama-sama dengan orang percaya, apakah anak kecil bukanlah seorang Kristiani dan tidak percaya kepada Tuhan? Pertnyaan ini akan kita bahas selanjutnya dengan beberapa pendekatan penting dari pandangan-pandangan yang berbeda-beda. Selain itu juga ada beberapa pokok pikiran yang akan disatukan dengan kerangka teoritik teologi kontekstual pada zaman ini. Bisakah dari kerangka ini kita dapat mengubah sebuah tradisi kekristenan yang sudah melekat didalam doktin-doktrin Kristiani? Apakah mungkin jika didekatkan dengan model terjemahan teologi kontekstual kita akan menemukan bahwa sebenarnya adanya kesalahan penerjemahan yang dilakukan sehingga kita perlu menarik lagi inti beritanya?. Yang menjadi penting adalah bagaimana perjamuan kudus dapat bermakna bagi semua orang kristen agar tidak adanya salah pemahaman tentang perjamuan kudus tersebut



Anak-anak Vs Perjamuan kudus

Untuk menjawab pertanyaan apakah wajib jika anak-anak ikut dalam perjamuan kudus, maka demi memulai semua materi tentang “anak-anak dan perjamuan kudus saya pertama-tama melakukan sebuah wawancara kusus dengan dua orang tokoh penting yang bagi saya dapat membuka wawasan saya dan bahan berbandingan. G Kayapa, seorang guru agama pada SD 42 Amahusu dan seorang majelis jemaat Gereja Rehoboth Ambon yang sekaligus menjabat sebagai guru SMU Neg 12 Ambon bernama W. Tuanakotta. Pertanyaan saya bisakah anak-anak ikut dalam perjamuan kudus? Keduanya memiliki jawaban yang sama bahwa “tidak”. Kesimpulan yang dapat saya ambil dari wawancara ini adalah bagi mereka berdua yang wajid masuk dalam perjamuan, hanya bagi yang telah di tahbiskan menjadi anggota sidi gereja, dimana sidi merupakan meterai bahwa kita telah mengaku untuk mengikut Kristus.
Mengapa harusnya kita melakukan perjamuan kudus? Pertanyaan ini mengingatkan kita pada beberapa ayat penting dalam perjanjian baru, diaman sebelum Jesus mati dan disalibkan Dia dan murid-murid-Nya duduk bersama pada malam paskah dan melakukan perjamuan. Yang penting dalam makan malam paskah adalah ajakan Jesus kepada murid-muridNya agar tidak melupakan pengorbananNya kelak, maka anggur dan roti merupakan simbol kesatuan tubuh dan darahnya yang telah dicurahkan kepada manusia yang berikut bahwa perjamuan kudus dialakukan setiap saat untuk menanti kedatangan-Nya.
            Dalam sejarahnya, perjamuan kudus mula-mula dipimpin oleh mereka yang diakui sebagai pemimpin yaitu rasul-rasul, bapa-bapa gereja/uskup-uskup dan selanjutnya diwariskan kepada pemimpin-pemimpin yang diurapi/ditahbiskan sampai sekarang. Mengenai roti dan anggur diyakini bahwa Jesus hadir sebai pemberi berkat didalam roti dan anggur, jadi roti dan anggur menjadi simbol kepada darah dan tubuh, jadi jika seseorang makan dan minum anggur dia harus mengingat pengorbanan Jesus, karena dengan melakukan perjamuan kudus maka kehadiran Kristus disimbolkan dengan roti dan anggur tadi. Roti dan anggur adalah alat keselamatan bukan penyebab persekutuan. Hanya kehadiran Jesus-lah yang menyebabkan adanya persekutuan sehingga kehadiran Jesus tidak pernah membeda-bedakan entah itu perjamuan kudus ataukah kehidupan sehari-hari. Karena bagi beberapa orang kehadiran Yesus dalam perjamuan kudus sangatlah besar dari pada kehidupan sehari-hari.
            Pertanyaan mengenai anak-anak dapatkah hadir dalam perjamuan kudus akan dijawab saat ini, yakni perjamuan kudus harus dirayakan dengan penuh syukur dalam pemahaman iman yang benar. Dengan demikian anak-anak yang tentunya belum mampu mengerti makna perjamuan kudus tidak diperkenankan ikut perjamuan, dikarenakan bahwa Mereka tidak memahami atau tidak menyadari apa yang sedang mereka lakukan, jadi tidak diperkenankan mengikuti perjamuan kudus. Harus diingat, bahwa sebelum mengikuti perjamuan kudus, kita perlu melakukan pemeriksaan diri, menyiapkan hati , pikiran dan hidup kita. Memasuki perjamuan kudus harus dengan sebuah kesucian hati dan bersih dari segala kesalahan, pertanyaannya apakah anak kecil tidak dapat melakukan pembersihan diri? Ya bisa saja mereka dapat melakukan pembersihan diri, namun kebanyakan dalam situasi perjamuan kudus bukan hanya soal kebersihan hati, melainkan juga saat ketenangan itu yang penting, karena kadang-kadang anak-anak dapat merusak ritual yang dilakukan.
            Demikianlah itu sebuah alasan bahwa anak-anak tidak bisa ada dalam perjamuan kudus tersebut, jika adapun juga maka tak ada makna penting yang dapat ditarik oleh anak-anak. Akan tetapi sekalipun tak ada makna yang dapat ditarik oleh anak-anak tapi mereka adalah anak-anak Kristiani yang nantinya kelak akan memaknai apa itu perjamuan kudus, jadi bisakah saat masih anak-anak mereka wajib hadir untuk menjadi pengalaman penting untuk dapat mengetahui tentang apa itu perjamuan kudus? Tetap jawabanya tidak bisa karena mereka tetpa tidak akan memaknainya.
 I Kor 11:27,29. Rasul Paulus sangat menekankan pentingnya mempersiapkan diri sebelum mengikuti perjamuan kudus, agar kita dapat dengan penuh iman menghayati kembali makna perjamuan kudus dan tidak melakukan perjamuan dengan motivasi dan cara yang salah.  Pernyataan lain yang dibuat oleh Paulus yang tidak terdapat dalam kitab-kitab Injil adalah “ Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang” (1 Korintus 11:26). Kalimat ini membatasi jangka waktu dari Perjamuan Kudus – sampai Tuhan kita datang. Dari kisah yang singkat ini, kita belajar bagaimana Yesus menggunakan dua unsur yang paling rapuh sebagai simbol dari tubuh dan darahNya, dan menjadikan keduanya sebagai peringatan untuk kematianNya. Itu bukan terbuat dari benda apa melainkan dari roti dan anggur, yang secara tidak sadar telah mengalami berubahan makna. Roti dan anggur ini bukanlah sebuah roti dan anggur yang biasa melainkan ini merupakan simbol penting bagi perjamuan kudus, akan tetapi yang sangat penting adalah karunia Allah.
Teologi kontekstual membawa kita untuk terus membawa kita dan menetapkan kita pada struktur teologi masa lalu dan menghubungkan kita pada era dimana kita berada. Maka perjamuan kudus merupakan teologi masa lalu pada zaman Jesus yang memeterikan manusia denganNya agar tetap mengingatkan kita pada masa di mana  Jesus mati dan menebus segalanya bagi kita. Model terjemahan teologi adalah salah satu model tertua didalam teologi kontekstual yang berusaha dipakai oleh saya untuk menghubungkannya dengan perjamuan kudus.
Kisah mengenai Perjamuan Kudus terdapat dalam Matius 26:26-29, Markus 14:17-25, Lukas 22:7-22, dan Yohanes 13:21-30. Dengan pewahyuan illahi, Rasul Paulus menulis mengenai Perjamuan Kudus dalam 1 Korintus 11:23-29. (Hal ini karena Paulus tidak berada di ruang atas saat Perjamuan Kudus ditetapkan). Paulus memasukkan kata-kata yang tidak terdapat dalam kitab-kitab Injil, “Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan. Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu. Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya sendiri( 1 korintus 11: 27-29). Dari ayat-ayat ini terlihat bahwa teologi kontekstual mengajak kita untuk berpikir secara kontekstual. Oleh karena itu setiap jemaat harus menyucikan diri dan setelah itu wajib masuk dalam perjemuan kudus. Pertanyaannya apakah mungkin seorang yang berdosa tak layak mengikuti perjamuan? Apakah perjamuan kudus ini hanya bagi orang-orang suci. Apakah mungkin ini hanya untuk orang-orang yang dimata Allah benar? Lalu peranan Jesus datang kedunia ini adalah untuk orang baik ataukah dengan tujuan menyelamatkan orang berdosa? Maksud dan tujuan ini perlu kita kaji secara Kristologi dan juga eskatologis.
Jika kita melihat dan mengenal secara kristologis maka apa peran kristus yang adalah penyelamat bagi dunia ini. Kristus disini yakni sang anak Allah yang adalah Jesus kristus. Kristus ada untuk menyelamatkan umat manusia yang berdosa, oleh karena itu maksud Bapa mengutus anakNya adalah untuk mendamaikan manusia yang berdosa dan menyelamtkan domba yang hilang. Maka jika dihubungkan dengan perjamuan kudus maka jawabannya adalah tetap Allah ada untuk manusia terutama manusia yang berdosa, hanya saja manusia perlu menyucikan hati demi ada dengan momen kekudusan. Jemaat perlu berbenah dulu untuk mengenang karya penyelamatan yang dilakukan Jesus.

Perjamuan kudus merupakan suatu yang sangatlah sakral, karena perjamuan mempertemukan kita dengan kasih dan kuasa Ilahi. Dengan adanya perjamuan juga umat Kristen berusaha untuk mengheningkan cipta akan segala kasih dan karunia Jesus Kristus bagi manusia, dikarenakan segala pengorbanan-Nya yang telah dilakukan olehNya buat manusia. Maka untuk sejenak mengingat akan segala kasih dan karuniaNya itu manusia atau umat harus benar-benar mengenang momen penting kematian-Nya itu dengan benar-benar dan dengan kesucian diri. Jika tidak maka manusia atau umat Kristen harus diajak untuk lebih dahulu membersihkan diri dari segala keberdosaan.
Oleh karena semuanya itu, maka anak-anak yang belum mengerti apa itu arti perjuangan tak diijinkan untuk hadir dan mengambil bagian dalam momen penting itu. Alasannya karena anak-anak belum dapat memaknai segala hasil jerih payah Jesus itu, anak hanya di ajak untuk mengenal seberapa besar kasih karunia Tuhan melalui kematian Jesus. Terlebih dari itu, yakni mengenang kasih Jesus dalam perjamuan kudus belum diijinkan, bukan hanya anak kecil, melainkan seseorang dewasa yang sedang mengalami sakit parah dan tak sadarkan diri pun tak berhak karena tak mampu memaknai segalanya. Maka teologi kontekstual berusaha melihat ini sebagai sebuah bahagian penting, yakni berteologi bukan hanya sekedar masa lalu semata, melainkan masa lalu dan masa kini memiliki makna yang sama sekalipun situasinya berbeda. Berteologi kontekstual bukan hanya mengajak kita untuk menerjemahkan kata-kata melainkan juga menerjemahkan konteks dimana kita alami.

Rabu, 12 Desember 2012

KUASA PERKATAAN

KUASA DAN CIPTA DALAM PERKATAAN
Aku berkata kepadamu : Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini : Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! Asal tidak bimbang hatinya, tetapi percayalah, bahwa apa yang dikatakan baginya. Karena itu Aku berkata kepadamu, apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu. (Markus 11:23,24)
Pada mulanya Allah memberikan manusia kuasa (Kej 1:26-28). Kata “kuasa” berarti otoritas dan kekuatan. Kuasa Allah dilepaskan melalui perkataan yang diucapkan-Nya. Ketika Dia berfirman, segala sesuatu terjadi. Kejadian pasal 1 dipenuhi dengan manifestasi penciptaan yang semuanya berasal dari Firman Allah.
Allah menyerahkan otoritas dan kuasa-Nya kepada manusia di atas bumi, otoritas dan kuasa tersebut diaktifkan oleh perkataan. Setan datang untuk mencuri otoritas tersebut, lalau menggoda Adam dan Hawa untuk menentang Allah dan berbuat dosa, dan mereka melakukannya. Mereka dikeluarkan dari taman tersebut. Sekalipun demikian, manusia masih tetap segambar dan serupa dengan Allah.
Manusia sedikit banyak tetap mempunyai kuasa dan otoritas sebagai makhluk hidup, tetapi kabar baiknya adalah, Adam kedua, Yesus Kristus, datang ke dunia, untuk menebus dosa kita, dibangkitkan dari antara orang mati dan memuliakan kuasa serta otoritas kita yang hilang dari Adam.
Roma 5:17 mengatakan: Sebab, jika oleh dosa dari satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang yaitu, Yesus Kristus.
Firman Allah mengandung daya cipta. Jadi, ketika manusia diciptakan serupa dan segambar dengan-Nya, kita dijadikan memiliki otoritas kuasa, dan kekuatan yang sama untuk dapat dilepaskan melalui perkataan kita. Kuasa pilihan ada pada perkataan kita dan kuasa serta otoritas Allah dijalankan melalui perkataan kita.
Ibrani 11:3 mengatakan bahwa Allah menciptakan dunia dengan firman-Nya, Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat.
Dalam Bilangan, pasal 13 dan 14, kita lihat kehidupan dan kematian sebagai akibat perkataan. Kehidupan untuk Yosua dan Kaleb yang perkataannya sesuai dengan Allah; kematian untuk kesepuluh pengintai lainnya yang perkataannya sesuai dengan Setan.
Mazmur 119:130 berkata, “Bila tersingkap, firman-firman-Mu memberi terang…” Jika kita memendam firman Allah di dalam hati kita, kita akan dijauhkan dari dosa. Ketika kita manaruh firman Allah di dalam hati kita secara berkelimpahan, kita akan mengucapkan firman tersebut dengan otoritas dan kuasa.
Anda akan menuai hasil dari perkataan anda, baik anda mengatakan kehidupan atau kematian. Perkataan seperti benih-benih dan ketika ditanam, benih-benih itu akan bertumbuh. Ketika anda menanam benih firman Allah yang tidak fana (1 Petrus 1:23), anda akan menuai kebenaran dari Allah. Bicarakan kekalahan, hal-hal yang negatif, yang tidak memberi semangat, dan kata-kata yang penuh kekuatan, dan semua jenis tuaian seperti itu akan muncul dalam hidup anda.
PERKATAAN ANDA DAPAT MENGUBAH JALAN KEHIDUPAN ANDA
Kehidupan anda sedang mengikuti perkataan anda! Ketika orang-orang mulai mengerti kuasa yang dilepaskan melalui perkataan mereka sendiri-untuk yang baik maupun yang buruk-banyak yang berkata, “Seandainya saya mengetahuinya sejak dulu.” Kabar baiknya adalah, anda dapat mengubah jalan kehidupan anda hari ini juga!
Yesus Kristus telah membeli anda dengan darah-Nya. Bapa sorgawi berkata bahwa anda adalah ciptaan baru di dalam Yesus Kristus, Anak-Nya. Dia berkata, “Aku menaruh tangan-Ku di atas dirimu dan segala sesuatu yang dipegang olehmu diberkati. Kamu sangatlah berharga bagi-Ku.” Mulailah mengatakan apa yang Allah katakan tentang anda. Selaraskan perkataan anda dengan Firman Allah.
Keselamatan itu dihubungkan dengan perkataan kita: “Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu.” Itulah firman iman, yang kami beritakan.
Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.
Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan. (Roma 10:8-10)
Apabila anda benar-benar mempercayai sesuatu di dalam hati anda, anda akan mengatakannya dengan mulut anda. Jika anda dalam jangka waktu yang cukup lama terus menerus mengatakan apa yang allah katakan, itu akan melembutkan hati anda hingga anda mempercayainya.
Mazmur 23:1 berkata, “Tuhan adalah Gembalaku.” Mulailah mengatakan : Tuhan adalah Gembalaku. Jika anda mengatakannya terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama, anda akan mulai mempercayai bahwa Tuhan adalah Gembala anda. Ini benar adanya, baik anda mempercayai dan mengucapkannya maupun tidak. Tetapi, jika anda mulai mengatakannya karena ini adalah kebenaran, ia akan melembutkan hati anda dan mengubah cara pandang anda. Dengan beginilah pikiran anda diperbahurui. Prinsip yang sama ini berlaku untuk semua janji-janji di dalam Firman Allah.
KEKRISTENAN ADALAH “PENGAKUAN IMAN YANG DASYAT”
Pengakuan iman merupakan inti kekristenan. Dalam kenyataannya, kekristenan sering disebut sebagai “Pengakuan Iman yang Dasyat!”
Ibrani 10:23 berkata, “Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab, Ia yang menjanjikannya, setia.” Yesus adalah Imam Besar bagi pengakuan iman kita.
Setelah Daniel berdoa selama dua puluh satu hari, seorang malaikat datang kepadanya dan berkata, “Aku datang oleh karena perkataanmu itu” (Daniel 10:12).
Saya sedang memberitahu anda bahwa para malaikat datang oleh karena perkataan anda. Jika anda mengucapkan ketakutan, kamalangan, bencana, dan ketidakpercayaan, itu hanya akan membuat mereka melipat sayap mereka! Tetapi, apabila anda mengucapkan firman Allah dengan iman, para malaikat akan mendengarkan perkataan anda.
Mazmur 103:20 menegaskan kebenaran ini : “Pujilah Tuhan, hai malaikat-malaikat-Nya, hai pahlawan-pahlawan perkasa yang melaksanakan firman-Nya dengan mendengarkan suara firman-Nya.”
Amsal 13:2 berkata, “Dari buah mulutnya seseorang akan makan yang baik…” Ungkapan ‘menelan perkataan anda sendiri’ berkonotasi negatif bagi beberapa orang. Perkataan Anda adalah sama seperti hukum gravitasi ; tidak dapat ditarik kembali.
Perkataan yang ada ucapkan akan mempengaruhi masa depan anak-anak anda, berkat di dalam pernikahan anda, kesehatan tubuh anda, prestasi kerja anda, dan jalan-jalan yang anda ambil.
Berlututlah hanya kepada Tuhan Yesus atas pengakuan iman anda. Jangan tunduk pada perkataan anda sendiri, kondisi-kondisi tertentu, pendapat orang lain, apa yang terjadi di dunia, atau apa yang dikatakan iblis. Tolaklah pembicaraan tentang hal-hal yang tidak benar menurut firman Allah, yang merupakan otoritas tertinggi.
Dikutip dari buku : LIDAH PENGENDALI HIDUP ANDA
oleh : Pastor Billy Joe Daughherty